عليكم بالتجارة فا ن فيها تسعة ا عشار الرزقة. šχθä3s? š Ï%!$# $yγ ƒr' tƒ. Μà6oΨ t/ BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "عليكم بالتجارة فا ن فيها تسعة ا عشار الرزقة. šχθä3s? š Ï%!$# $yγ ƒr' tƒ. Μà6oΨ t/ BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id"

Transkripsi

1 4 BAB I PENDAHULUAN Perdagangan secara umum dapat diartikan sebagai kegiatan jual beli barang dan/ jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/ jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi (SK MENPERINDAG No. 23/MPP/Kep/1/1998). Dalam Al-Quran, perdagangan dijelaskan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah (perdagangan), bay (menjual), dan syira (membeli). Selain istilah tersebut masih banyak lagi istilah-istilah lain yang berkaitan dengan perdagangan, seperti dayn, amwal, rizq, syirkab, dharb. Kegiatan perdagangan (berniaga) dianjurkan Rasulullah SAW kepada umat muslim seperti yang tercantum dalam surat An-Nisa ayat 29 dan Hadist riwayat Al-Hafizh Al-Iraqi dalam buku Al-Mughni an Hamlil Asfar. šχθä3s? βr& HωÎ) È ÏÜ t6ø9$î/ Μà6oΨ t/ Νä3s9 uθøβr& (#þθè=à2ù's? Ÿω (#θãψtβ#u š Ï%!$# $yγ ƒr' tƒ $VϑŠÏmu öνä3î/ tβ%x.!$# βî) öνä3 à Ρr& (#þθè=çfø)s? Ÿωuρ4öΝä3ΖÏiΒ<Ú#ts? tã οt pgïb Artinya : Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS.03; 29) عليكم بالتجارة فا ن فيها تسعة ا عشار الرزقة Hendaklah kalian berdagang karena berdagang merupakan sembilan dari sepuluh pintu rezeki. (H.R.Al-Hafizh Al-Iraqi) Al-Qur an dan hadist diatas memaparkan bahwa kegiatan perdagangan (perniagaan) merupakan 9 (Sembilan) dari 10 (sepuluh) pintu rezeki, maksudnya adalah perdagangan merupakan kegiatan usaha yang menjadi anjuran dalam agama Islam. 1

2 2 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1970-an, industri tekstil di Kecamatan Majalaya semakin maju, banyak investor asing seperti dari Cina, Taiwan, Korea, India serta Arab berdatangan dan mendirikan industri tekstil di Kecamatan Majalaya. Perizinan untuk mendirikan pabrik tekstil saat itu tidaklah sulit, karena penguasa rezim orde baru Soeharto pada waktu itu lebih menitikberatkan pada pertumbuhan, dan pemupukan surplus ekonomi negara yang mengenyampingkan lingkungan sosial budaya masyarakat setempat. Melalui hal tersebut, maka perkembangan industri Majalaya pada dekade 1980-an telah berhasil memantapkan posisinya sebagai daerah pendukung bagi regional Indonesia. Namun keberhasilan industri tekstil di Majalaya tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungannya, bahkan berdampak pada kerusakan lingkungan, terbukti dengan adanya tata ruang industri yang tidak jelas dan membuat Majalaya menjadi semerawut, ditambah lagi dengan banyaknya pendatang dari luar Kecamatan Majalaya, luar Jawa Barat, bahkan sampai luar Pulau Jawa untuk bekerja dan menetap di Majalaya. (Sumber : ELINGAN ( Elemen Lingkungan ) Jawa Barat) Melihat kondisi perindustrian di Majalaya saat ini, pemerintah berencana merelokasi industri. Wacana relokasi industri ini sebagian besar diperuntukan pada industri-industri yang tidak memiliki izin, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), serta industri yang melanggar ketentuan atau tidak sesuai dengan ketetapan pemerintah. Relokasi ini tentunya akan berdampak terhadap pendapatan asli daerah dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Berdasarkan ketetapan dan usulan dari kebijakan pemerintah, maka ekonomi pengganti yang menjadi alternatif dalam menggerakan pendapatan daerah salah satunya adalah perdagangan dan jasa, yang menunjang industri kreatif di Kecamatan Majalaya. Pemasukan dari sektor perdagangan dan jasa diharapkan dapat mendekati pendapatan dari sektor industri dan terciptanya lapangan kerja baru. ( jabar/ pendidikan/402 -sertifikasi-guru). Perubahan kawasan industri yang akan menjadi kawasan perdagangan didukung oleh darft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bandung (belum diperdakan). Dalam draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut, secara struktur ruang Kecamatan Majalaya merupakan Pusat Pengembangan Kegiatan Lokal (PKL), berada pada hirarki IIb yang berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa, pertanian, industri, serta permukiman, dengan wilayah pelayanan, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Ibun, Kecamatan Solokan Jeruk,

3 3 dan Kecamatan Pacet. (Sumber: Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung ) Industri merupakan sektor andalan dari pendapatan maupun lapangan kerja di Kecamatan Majalaya. Industri Majalaya merupakan penopang untuk kehidupan masyarakat, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah tenaga kerja yang sebagian besar berprofesi sebagai pekerja industri. Majalaya merupakan salah satu Kecamatan yang mejadi andalan di Kabupaten Bandung, hal ini didasari oleh tingkat pemasukan pendapatan yang bersumber dari industri yang dominan. Tekstil Majalaya dinilai paling baik di Kabupaten Bandung. Selain industri besar, terdapat juga home industry (industri kreatif). Home industry ini merupakan kegiatan usaha yang ditekuni oleh sebagian masyarakat Majalaya yang pemasarannya langsung keluar Kecamatan Majalaya. Kecamatan Majalaya memiliki kegiatan ekonomi kedua setelah industri yang dapat memberikan pemasukan daerah dan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Kegiatan usaha tersebut adalah kegiatan perdagangan dan jasa. Sektor perdagangan dan jasa yang terdapat di Majalaya adalah pasar, toko pakaian, supermarket, Minimarket dan lain sebagainya. Adapun untuk bidang jasa yang sedang berkembang saat ini adalah sektor perbankan dan rumah makan. Kegiatan perdagangan dan jasa yang berkembang saat ini belum bisa mendistribusikan hasil industri kreatif yang terdapat di Kecamatan Majalaya. Terbukti dari pemasaran hasil home industry (industri kreatif) yang langsung dilempar keluar Kecamatan Majalaya. Industri Kreatif merupakan sektor ekonomi yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini sebagai langkah dalam mengembangkan perekonomian. Dalam industri kreatif dikenal dengan berbagai macam inovasi dan kreasi yang dihasilkan sebagai bentuk penghasilan dari pelaku industri kreatif. Kecamatan Majalaya mempunyai beberapa sektor industri kreatif namun hal ini harus diidentifikasi terlebih dahulu sehingga dapat diketahui jenis yang mana yang sesuai untuk di kembangkan dengan sektor perdagangan dan jasa. Pengembangan sektor perdagangan dan jasa yang akan dikembangkan di Kecamatan Majalaya diharapkan dapat membantu sumbangan terhadap PAD selain dari sektor perindustrian, serta berdampak pada masyarakat. Perdagangan dan jasa yang dikembangkan harus dapat mendukung kegiatan home industry (industri kreatif). Pengembangan sektor perdagangan dan jasa

4 4 merupakan upaya konkrit sebagai langkah untuk mengembangkan dan meningkatkan pemasaran industri di Kecamatan Majalaya. Perdagangan dan jasa di Kecamatan Majalaya dapat dikembangkan, sebagai alternatif pengganti industri yang akan direlokasi. Namun perlu adanya penentuan kriteria perdagangan dan jasa yang sesuai dengan perkembangan industri kreatif di Majalaya. Diharapkan dengan dilaksanakannya kegiatan penelitian Penentuan kriteria pengembangan sektor perdagangan dan jasa sebagai penunjang kegiatan industri kreatif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dapat memberikan masukan kepada pemerintah sebagai langkah dalam mengembangkan sektor perdagangan dan jasa di Kecamatan Majalaya. Adapun latar belakang penelitian ini dapat dilihat Gambar 1.1 Bagan Kerangka Latar Belakang di bawah. Perlunya penentuan kriteria adalah sebagai langkah dalam pengembangan sektor perdagangan dan jasa sebagai penunjang industri kreatif dan dikarenakan di Kabupaten Bandung belum terdapatnya kriteria tersebut maka, hasil dari penentuan kriteria ini nantinya dapat digunakan sebagai pedoman pemerintah dalam upaya berkembembangnya sektor perdagangan, jasa dan industri kreatif tersebut. Industri Besar Industri Kecil Perdagangan dan Jasa di Kembangkan Sektor Ekonomi Eksisting Relokasi Ekonomi Pengganti Sektor Ekonomi di Kembangkan dan di Relokasi Kriteria Perdagangan dan Jasa bagaimana yang bias menunjang Industri Kreatif di Kecamatan Majalaya Gambar 1.1 Bagan Kerangka latar Belakang Sumber : Hasil Pemikiran 2014

5 5 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian Penentuan Kriteria Perdagangan dan Jasa sebagai penunjang Indsutri Kreatif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, terdapat permasalahan yang harus dapat diselesaikan, antara lain: 1. Perdagangan dan jasa sebagai ekonomi pengganti industri di Kecamatan Majalaya belum berkembang secara optimal. 2. Pemasaran hasil home industry langsung keluar Kecamatan Majalaya (luar Kabupaten Bandung), sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. 3. Sektor perdagangan dan jasa belum terhubung langsung dengan kegiatan home industry (industri kreatif) 4. Belum diketahui kriteria perdagangan dan jasa yang bagaimana yang dapat menunjang industri kreatif di Kabupaten Bandung. Mengikuti maksud di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kriteria perdagangan dan jasa bagaimana yang dapat dikembangkan sebagai penunjang industri kreatif di Kecamatan Majalaya? 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas. Maka tujuan dalam studi adalah untuk menentukan kriteria perdagangan dan jasa yang dapat menunjang industri kreatif di Kecamatan Majalaya sebagai ekonomi pengganti. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka sasaran yang akan dicapai adalah: 1. Teridentifikasinya perdagangan dan jasa, serta home industri eksisting di Kecamatan Majalaya 2. Teridentifikasinya penyebab tidak berkembangnya perdagangan dan jasa secara optimal 3. Teridentifikasi kontribusi hasil industri terhadap Pendapatan asli daerah dan keterkaitannya dengan sektor perdagangan dan jasa 4. Teridentifikasinya variabel-variabel kriteria perdagangan dan jasa yang akan dikembangkan (swasta, pakar, masyarakat dan pemerintah) 5. Terumuskannya kriteria perdagangan dan jasa yang dapat menunjang industri di Kecamatan Majalaya terhadap hasil penelitian. Sejalan dengan maksud dan tujuan di atas, terdapat beberapa manfaat dari hasil studi ini adalah sebagai berikut:

6 6 1. Bagi penulis sebagai peneliti Sebagai media dalam mengembangkan wawasan maupun keilmuan hasil dari perkuliahan dan diaplikasikan langsung dilapangan dalam bentuk penelitian. 2. Bagi sivitas akademika Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota Dapat menjadi landasan dalam melaksanakan tridharma pendidikan melalui observasi di lapangan dan penelitian, kemudian sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya 3. Bagi Pemerintah Kabupaten Bandung Dapat dijadikan rekomendasi dalam penentuan kriteria perdagangan dan jasa yang akan dikembangkan di Kecamatan Majalaya (Peraturan Zonasi). 1.4 Ruang lingkup Ruang lingkup yang dibahas pada sub bab ini meliputi ruang lingkup wilayah (makro dan mikro), ruang lingkup materi dan ruang lingkup waktu Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup yang terdapat dalam sub bab ini adalah ruang lingkup makro dan ruang lingkup mikro, untuk lebih jelasnya terdapat dalam point di bawah ini: a. Ruang lingkup Makro Secara geografis Kabupaten Bandung terletak antara ' '10.22 Bujur Timur dan 6 41' ' Lintang Selatan. Topografi di Kabupaten Bandung sebagian besar berupa pegunungan atau daerah perbukitan dengan ketinggian diatas permukaan laut berkisar antara 500 mdpl sampai mdpl dengan batas administrasi sebagai berikut: Selatan : Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur Utara : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang Timur : Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung Barat : Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi Kabupaten Bandung secara administratif terdiri dari 31 Kecamatan dengan luas wilayah ,67 Ha. Jumlah penduduk Kabupaten Bandung tahun

7 adalah jiwa. (sumber: Kabupaten Bandung dalam angka tahun 2013) b. Ruang lingkup mikro Geografis Kecamatan Majalaya terletak antara ' '22 Bujur Timur dan 7 02' Lintang Sel atan, tofografi Kecamatan Majalaya berada pada ketinggian 610 mdpl- 731 mdpl, dengan batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Selatan : Kecamatan Ibun Sebelah Utara : Kecamatan Solokan Jeruk Sebelah Timur : Kecamatan Paseh Sebelah Barat : Kecamatan Ciparay Kecamatan Majalaya secara administratif terdiri dari 11 desa dengan luas wilayah 2.322,10 Ha. Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Majalaya tahun 2013 adalah jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak KK. Mata pencaharian utama penduduknya adalah industri pengolahan. Untuk lebih jelasnya letak geografis dan batas studi, dapat dilihat pada peta 1.1 orientasi kecamatan dan 1.2 administrasi kecamatan. (sumber:kabupaten Bandung dalam angka 2013) Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang dikaji pada studi penentuan pengambangan ekonomi baru pasca relokasi industri ini antara lain: 1. Identifikasi perdagangan dan jasa, serta home industri di Kecamatan Majalaya 2. Identifikasi penyebab tidak berkembangnya perdagangan dan jasa secara optimal 3. Identifikasi kontribusi industri terhadap Pendapatan asli daerah dan keterkaitannya dengan sektor perdagangan dan jasa 4. Identifikasi variabel-variabel kriteria perdagangan dan jasa yang akan dikembangkan (swasta,pakar, masyarakat dan pemerintah) 5. Merumuskan kriteria perdagangan dan jasa yang dapat menunjang industri di Kecamatan Majalaya terhadap hasil penelitian.

8 Ruang Lingkup Waktu Data Ruang lingkup waktu dalam kegiatan penyusunan tugas akhir ini adalah selama 1 (satu) semester yaitu bulan Juli-bulan Desember. Data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir terkait, Penentuan kriteria perdagangan dan jasa sebagai penunjang indsutri keatif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung adalah data hasil survei lapangan (primer) dan data sekunder secara time series Ruang lingkup skala peta yang digunakan adalah Peta orientasi 1: dan Peta Kawasan studi 1: Metodologi Berdasarkan maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini, maka metodologi yang digunakan meliputi metode pendekatan studi, metode pengumpulan data, dan metode analisis. Adapun bagan alur metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.4 metodologi penelitian Metodologi Pendekatan Untuk mencapai tujuan, dan sasaran penulisan tugas akhir, maka dilakukan pendekatan dengan melalui beberapa tahapan kegiatan. Pendekatan studi didasarkan pada aspek-aspek yang berpengaruh dan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan proses analisis dan perumusan hasil studi. adapun pendekatan dalam studi kriteria pengembangan sektor perdagangan sebagai penunjang kegiatan industri kreatif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut: a. Pendekatan teoritis terkait dengan konsep-konsep ekonomi perdagangan. b. Pendekatan ke lapangan terkait dengan melihat kondisi eksisting atau dengan malakukan observasi Kecamatan Majalaya c. Pendekatan Bottom up, dengan mencari kriteria ekonomi penentu pengembangan perdagangan dan jasa sebagai penunjang industri kreatif berdasarkan expert :swasta,masyarakat dan pakar ekonomi. d. Pendekatan Top down melalui pemerintah dan kebijakan, terkait dengan pencarian kriteria ekonomi untuk zona perdagangan.

9 9

10 10

11 Metodologi Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam studi ini diperoleh melalui survei primer dan survei sekunder. Survei primer dan sekunder yang dilakukan menggunakan metode-metode berikut ini: 1. Survei Primer Data primer adalah data data yang diperoleh secara langsung di lapangan dengan cara mengamati dan meneliti objek yang disurvei. Pengumpulan data secara langsung melalui : a. Wawancara, yaitu berkomunikasi langsung dengan penduduk untuk mengetahui keadaan di lokasi studi dengan cara mengambil sampel kriteria perdagangan kepada tokoh masyarakat, pemerintah, pakar ekonomi dan swasta. b. Observasi, yaitu suatu langkah untuk mengenali atau mengamati secara langsung lebih dekat mengenai kondisi wilayah studi terutama berkaitan dengan kondisi fisik yang ada di wilayah studi. c. Visualisasi atau pemotretan, visualisasi atau pemotretan adalah teknik survei lapangan secara langsung yang dilakukan terhadap sampel yang mendukung data observasi berupa gambar keadaan fisik wilayah, fasilitas dan utilitas dengan menggunakan kamera atau sketsa gambar. 2. Survei Sekunder Survei sekunder dibagi menjadi dua yaitu survei literatur dan survei Instansional. Survei litelatur terkait dengan teori-teori dan sumber referensi, sedangkan untuk survei instansional kepada pemerintah terkait yang masih berkaitan dengan rencana kegiatan penelitian. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi: a. Instansional, yaitu survei kepada instansi yang terkait, untuk memperolah data-data seperti peta, jumlah penduduk, jumlah industri dan yang lain. Terkait dengan hal ini adalah Bappeda (Badan Pengawasan Pembangunan), BPS (Badan Pusat Statistik), DISPERINDAG (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) dan Kecamatan Majalaya sebagai lokasi wilayah penelitian. b. Litelatur, yaitu berupa pencarian referensi teori-teori yang berkaitan dengan kajian penelitian, adapun sumber-sumber litelatur tersebut berasal dari buku, serta instansi pemerintah maupun bersumber dari hasil pencarian teori-teori melalui internet.

12 Metodologi Analisis Metode analisis utama yang digunakan dalam penelitian penentuan kriteria pengembangan sektor perdagangan dan jasa sebagai penunjang kegiatan industri kreatif di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung adalah Analisis Hirarki Proses. Pada analisis hirarki proses ini terdapat tahapan penyusunan hirarki dan penentuan teori Analisis Hirarki Proses, antara lain: Tahap 1 Mendefinisikan masalah dan menentukan secara spesifik solusi yang diinginkan Tahap 2 Menyusun hirarki dimulai dengan tujuan yang umum, diikuti oleh sub-sub tujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif pada tingkat hirarki yang paling bawah dimana pada tingkat tersebut komponennya dapat dikendalikan atau mungkin dapat memecahkan masalah yang ada. Tahap 3 Membangun matrik perbandingan berpasangan yang mempunyai kontribusi relatif atau pengaruh pada masing-masing tujuan atau kriteria yang dikembangkan pada tingkatan yang lebih atas. Perbandingan berpasangan dilakukan dengan judgment dari pengambil keputusan dengan menentukan tingkat kepentingan suatu komponen terhadap komponen lainnya. Pada tahap ini dilakukan pembobotan kepentingan. Pembobotan dilakukan dengan memasukkan nilai purata geometriknya. Hal ini diperlukan apabila dalam pemberian nilai, terjadi perbedaan pendapatan, maka nilai konsesus diperoleh dengan menghitung rata-rata geometriknya. Rumus yang digunakan yaitu: n U = X 1. X 2. X 3...X n Dimana: U = rata-rata geometrik/ purata geometrik X n = Nilai bobot tiap responden untuk kriteria/ faktor tertentu Bobot ini diperoleh dengan cara meminta penilaian dari pada ahli terhadap kriteria yang telah dibuat berdasarkan tingkat kepentingan. Dari hasil yang dilakukan para ahli, diperoleh satu set bobot kriteria (W 1, W 2, W 3, W 4,... W j ) dengan elemen b ij = W i / W j yang menyatakan

13 perbandingan tingkat kepentingan relatif kriteria i terhadap kriteria j sebagai berikut: 13 B = W 1 W 1... W 1 W 1 W 2 W J W 2 W 2... W 2 W 1 W 2 W J W i W i... W i W 1 W 2 W J Nilai prioritas faktor: X 1 Y 1 Z 1 X 2 Y 2 Z 2 X 3 Y 3 Z 3 Σ X Σ Y Σ Z X 1 / Σ X + Y 1 / Σ Y + Z 1 / Σ Z X 2 / Σ X + Y 2 / Σ Y + Z 2 / Σ Z X 3 / Σ X + Y 3 / Σ Y + Z 3 / Σ Z P 1 P 2 P 3 NP 1 NP 2 NP 3 P 1 /3 P 2 /3 P 3 /3 Tahap 4 Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak (n-1)/2 dimana n adalah banyaknya komponen yang dibandingkan. Pada tahap ini dilakukan pembobotan alternative. Pembobotan alternatif ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana kondisi setiap alternatif yang ada dilihat dari kriteria-kriteria yang ada. Untuk keperluan tersebut perlu dibuat matrik profil yang memuat penilaian bagi tiap alternatif terhadap masingmasing kriteria. Untuk memperoleh bagaimana tingkat kepentingan suatu alternatif dibandingkan dengan alternatif lain, disebarkan kuesioner ke stakeholder yang berkepentingan Tahap 5 Setelah data perbandingan berpasangan terkumpul, kemudian dihitung nilai eigenvalue dan diperiksa konsistensinya. Jika nilai konsistensinya lebih besar dari 10 %, maka hal ini dinyatakan tidak konsisten sehingga pengambilan keputusan harus diulang kembali. Menghitung nilai λ mak (eigen value maksimum): X 1 Y 1 Z 1 NP 1 O 1 X 2 Y 2 Z 2 NP 2 = O 2 X 3 Y 3 Z 3 NP 3 O 3

14 14 λ mak = O 1 O 2 O 3 NP 1 + NP 2 + NP 3 N Tahap 6 Mengulang Tahap 3,4,5 untuk keseluruhan tingkat dan kelompok hirarki. Tahap 7 Menghitung eigen vektor untuk setiap matrik perbandingan pasangan di atas, dimana nilai dari eigen value vektor merupakan bobot setiap komponen. Tahap 8 Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih kecil atau sama dengan 10 % maka hirarki dan konsistensi telah memenuhi syarat. CI = λ mak - n N 1 CR = CI Nilai Indek Random Matrik n x n Tabel 1.1 Nilai Indeks Random Orde Matrik Indeks Random Sumber: Thomas L. Saaty, The Analythical Hierarchy Process (Planning, Priority Setting Resource Allocation) Dalam metoda analisis hierarki proses tidak lepas dari keterlibatan responden atau narasumber yang memiliki keahlian di bidang tertentu yang berkaitan dengan tema penelitian. Namun berbeda dengan penggunaan quisioner lainnya terhadap responden, harus memiliki keahlian atau sesuai

15 15 dengan keterkaitan studi. Adapun beberapa syarat responden dalam analisis hierarki proses adalah sebagai berikut: Memiliki keahlian di bidang tertentu yang berkaitan. Memiliki keterkaitan dengan aspek yang dianalisa Dapat mempertimbangkan tingkat kepentingan pada hierarki. Dapat memberikan kontribusi masukan pendapat sesuai dengan kajian studi. Memiliki pandangan dan pengalaman berdasarkan keahlian dibidang terkait. 1.6 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan suatu tahapan yang bertujuan untuk mempermudah dalam pemahaman untuk hasil penelitian yang dilakukan. Tahapan yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini berkaitan dengan penentuan kriteria pengembangan perdagangan sebagai penunjang kegiatan industri di Kecamatan Majalaya. Adapun untuk hasil dari kegiatan penelitian ini akan dirangkum dalam kerangka pemikiran yang dapat dilihat dalam Gambar 1.5 Kerangka pemikiran. 1.7 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian terdapat dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan, Ruang Lingkup; Ruang Lingkup Wilayah dan Ruang Lingkup Materi, metodologi; metodologi pendekatan, metodologi pengumpulan data,metodologi analisis, Kerangka Pemikiran dan sistematika Penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Berisikan mengenai kebijakan ruang, Teori perdagangan, teori industri kreatif, dan teori pengambilan keputusan dan Definisi operasional. BAB 3 GAMBARAN UMUM Berisikan penjelasan mengenai gambaran umum kawasan studi dan unsur-unsur yang ada didalamnya terkait fisik, penduduk, dan ekonomi dan sarana prasarana.

16 16 BAB 4 ANALISIS Berisikan pemaparan mengenai hasil identifikasi kawasan dan perhitungan dengan menggunakan Metoda Analisis Hierarki Proses dalam Tugas Akhir ini. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berisikan pemaparan mengenai Kesimpulan dan Rekomendasi yang ada dalam Tugas Akhir.

17 17 Pendekatan Lapangan Pendekatan Bottom Up Pendekatan Topdown Pendekatan Teoritis Metode Pendekatan Mengetahui Kondisi Eksisting Mencari Variabel Kriteria Perdagangan dan Jasa Mencari Variabel Kriteria Perdagangan dan jasa Pendekatan Litelatur meliputi (kajian studi dari kebijakan dan teori) Metode Pengumpulan Survey Primer (Observasi) Survey Primer Survey Primer Survey Sekunder Analisis Hirarki Proses Metode Analisis Gambar 1.4 Kerangka Metodologi Sumber: Hasil Pemikiran 2014

18 18 Jenis Perdagangan dan Jasa yang sedang Berkembang Gambar 1.5 Kerangka Berpikir Sumber Hasil : Pemikiran 2014

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat...

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA

LAMPIRAN PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA LAMPIRAN LAMPIRAN A KUISIONER PENENTUAN KRITERIA PENGEMBAGAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN JASA SEBAGAI PENUNJANG INDUSTRI KREATIF DI KECAMATAN MAJALAYA Pengembangan Majalaya sebagai salah satu kawasan industri

Lebih terperinci

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang

1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata Cara Akad Ija>rah Sale. menghadapi resiko-resiko yang disebabkan karena suatu musibah yang 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN IJA>RAH SALE AND LEASE BACK PADA OBLIGASI SYARIAH NEGARA RITEL DI BANK MANDIRI SYARIAH CABANG SURABAYA 1. Analisis Hukum Islam Terhadap Bentuk Dan Tata

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG KOTA SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Skripsi Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengalaman yang lalu hanya beberapa hari saja TPA Leuwigajah ditutup, sampah di Bandung Raya sudah menumpuk. Oleh karena itu sebagai solusinya Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM 78 BAB IV ANALISIS BAGI HASIL PADA AKAD APLIKASI MULTI SUKUK DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Implementasi bagi hasil pada Akad Aplikasi Multi Sukuk (sukuk campuran) di Bursa Efek Indonesia Apabila

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP AKAD SEWA KAMAR (KOST) BAGI MAHASISWA DI JEMURWONOSARI WONOCOLO SURABAYA SKRIPSI Diajukan kepada Institut

Lebih terperinci

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi pengelola bisnis untuk memasarkan produk-produknya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial bagi pengelola bisnis untuk memasarkan produk-produknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat potensial bagi pengelola bisnis untuk memasarkan produk-produknya. Perusahaan dalam negeri maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PRULINK. SYARIAH RUPIAH FIXED INCOME FUND di PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE SYARIAH SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PRULINK. SYARIAH RUPIAH FIXED INCOME FUND di PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE SYARIAH SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PRULINK SYARIAH RUPIAH FIXED INCOME FUND di PT PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE SYARIAH SURABAYA A. Analisis aplikasi penetapan pendapatan tetap atau fixed income

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SALE AND LEASE BACK (BA I DAN IJA>RAH) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) DI SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SALE AND LEASE BACK (BA I DAN IJA>RAH) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) DI SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SALE AND LEASE BACK (BA I DAN IJA>RAH) DI BEI (BURSA EFEK INDONESIA) DI SURABAYA A. Analisis terhadap sale and lease back (ba i ijarah) di BEI (Bursa Efek Indonesia)

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

Gigih Juangdita

Gigih Juangdita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah, mulailah era baru dalam sistem pembangunan di daerah. Pada intinya otonomi daerah

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode yang digunakan Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir 29 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir Penerapan AHP dalam menentukan prioritas pengembangan obyek wisata dilakukan

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, pemerintah secara jelas menggariskan bahwa pengembangan industri pariwisata di Indonesia memiliki banyak sasaran, diantaranya

Lebih terperinci

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA 1.1 LATAR BELAKANG Proses perkembangan suatu kota ataupun wilayah merupakan implikasi dari dinamika kegiatan sosial ekonomi penduduk setempat, serta adanya pengaruh dari luar (eksternal) dari daerah sekitar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tegah. Kabupaten Sragen terdapat 308 jembatan yang menghubungkan dua

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran studi dimaksudkan untuk menjelaskan sistematika alur pemikiran penulis terkait topik yang diambil. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraiakan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, metodologi penelitian, kerangka pemikiran, sistematika pembahasan. Untuk lebih jelasnya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk di dalamnya sektor pariwisata. Pembangunan bidang pariwisata

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perkembangan ekonomi seperti saat ini, saat gelombang ekonomi mengakibatkan krisis di berbagai area kehidupan, masyarakat membutuhkan adanya sumber modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat menurut data dari Bank Dunia tahun 2012. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan industri (Industrial Estate) di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 dengan mengemban dua misi besar. Pertama, merangsang tumbuhnya iklim industri,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir Arahan Strategi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Komoditas Unggulan yang Berdaya saing di Kabupaten Indramayu sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Barang Promo di Sophie Martin Bc Kho Pwee Bing Surabaya

BAB IV. A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Barang Promo di Sophie Martin Bc Kho Pwee Bing Surabaya BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP JUAL BELI BARANG PROMO DI SOPHIE MARTIN BC KHO PWEE BING SURABAYA A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

Penyebaran Kuisioner

Penyebaran Kuisioner Penentuan Sampel 1. Responden pada penelitian ini adalah stakeholders sebagai pembuat keputusan dalam penentuan prioritas penanganan drainase dan exspert dibidangnya. 2. Teknik sampling yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH. kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH. kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MURABAHAH A. Pengertian Secara bahasa, kata murabahah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ribh yang artinya keuntungan. Sedangkan secara istilah, pengertian murabahah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan wilayah. Hampir semua negara memandang bahwa industrialisasi adalah suatu keharusan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada gambut yang berada di tengah Kota Sintang dengan luas areal sebesar hektar. Kawasan ini terletak di Desa Baning, Kota Sintang,

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Muhammad Yusuf Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Email : yusuf@akprind.ac.id ABSTRAK Pemilihan lokasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau keduanya. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar

BAB I PENDAHULUAN. jasa atau keduanya. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bukan sebagai penolong yang dapat menyelesaikan semua permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. dan bukan sebagai penolong yang dapat menyelesaikan semua permasalahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Harta dalam pandangan Islam adalah sebagai jalan yang mempermudah manusia untuk menuju kesejahteraan. 1 Harta bukanlah satu-satunya tujuan hidup dan bukan sebagai

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv viii xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan watak yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya itu telah diciptakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan watak yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya itu telah diciptakan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan manusia dengan berbagai jenis, ciri, bentuk dan watak yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya itu telah diciptakan dengan sempurna,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENALTI PADA NASABAH YANG MELUNASI HUTANG SEBELUM MASA JATUH TEMPO DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM A. Analisis Terhadap Penerapan Penalti Pada Nasabah Bank Danamon

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software. Tanpa Izin dalam Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Program Komputer / Software. Tanpa Izin dalam Pasal 72 UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta BAB IV ANALISIS YURIDIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN PROGRAM KOMPUTER / SOFTWARE TANPA IZIN DALAM PASAL 72 UU NO. 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

PONDOK PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURROHMAN BIN AUF

PONDOK PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURROHMAN BIN AUF PONDOK PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURROHMAN BIN AUF (Analisa Relevansi Kurikulum Pesantren dengan Kebutuhan Masyarakat) SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator pertumbuhan sebuah kota adalah sektor ekonomi. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki tingkat perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang terdiri dari ribuan pulau yang besar dan kecil, sehingga tanpa sarana angkutan transportasi yang memadai

Lebih terperinci

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah

Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Kajian Perencanaan Infrastruktur Ruang Terbuka Hijau pada Perumahan Kota Terpadu Mandiri di Bungku Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Karlina 1 T.A.M. Tilaar 2, Nirmalawati 2 Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2002 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xvi xviii xix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah.. 9 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4 Manfaat Penelitian. 10 1.5. Ruang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran proses atau tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga menjadi suatu kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. repository.unisba.ac.id. 3.1 Metode Pendekatan. 3.2 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. repository.unisba.ac.id. 3.1 Metode Pendekatan. 3.2 Metode Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI Bab ini akan membahas mengenai metode-metode yang digunakan dalam melakukan proses studi penelitian, yaitu terdiri atas metode pendekatan, metode pengumpula data, dan metode analisis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern ini banyak perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai perkembangan masyarakat muslim, di antara perubahan itu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FIQIH ISLAM

BAB II KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FIQIH ISLAM BAB II KONSEP PEMBIAYAAN MURABAHAH MENURUT FIQIH ISLAM A. Tinjauan Umum Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian pembiayaan Murabahah Salah satu skim pembiayaan dalam konteks figih yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan

Lebih terperinci

TADZKIROH DEWAN SYARI AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NOMOR: 10/TK/DSP-PKS/1430H TENTANG FASILITAS KREDIT BANK KONVENSIONAL

TADZKIROH DEWAN SYARI AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NOMOR: 10/TK/DSP-PKS/1430H TENTANG FASILITAS KREDIT BANK KONVENSIONAL TADZKIROH DEWAN SYARI AH PUSAT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA NOMOR: 10/TK/DSP-PKS/130H TENTANG FASILITAS KREDIT BANK KONVENSIONAL Muqaddimah { } Setiap manusia, termasuk orang-orang beriman, apalagi rujukan

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data 19 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa Papua Barat sebagai wilayah yang mempunyai potensi sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN RISIKO DALAM PRAKTEK MANAJEMAN RISIKO DI BRI SYARIAH SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN RISIKO DALAM PRAKTEK MANAJEMAN RISIKO DI BRI SYARIAH SIDOARJO 49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MANAJEMEN RISIKO DALAM PRAKTEK MANAJEMAN RISIKO DI BRI SYARIAH SIDOARJO Istilah Manajemen Risiko adalah terminologi baru, dalam artian, tidak ada secara implisit

Lebih terperinci